terça-feira, 27 de outubro de 2015

Langkah Jokowi Mempercepat Kunjungan ke AS Dinilai Tepat

Obama dan Jokowi bersalaman di Gedung Putih


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk mempercepat kunjungan kerjanya di Amerika Serikat. Dijadwalkan bakal melakukan lawatan selama lima hari di negeri Paman Sam, Jokowi akhirnya memutuskan kembali di Indonesia pada Selasa (27/10) waktu setempat.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo tiba di Amerika Serikat pada Ahad (25/10) waktu setempat. Namun, Presiden akhirnya memutuskan untuk mempercepat lawatannya ke Amerika Serikat dan membatalkan sejumlah agenda.
Salah satunya adalah pertemuan dengan sejumlah CEO perusahaan asal Amerika Serikat di wilayah Pantai Barat (West Coast).Keputusan untuk mempercepat kunjungan kerja di Amerika Serikat tidak terlepas dari keinginan Jokowi untuk bisa terlibat langsung dalam upaya penanggulangan bencana kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. Langkah ini pun dianggap sebagai keputusan yang tepat.
Menurut pengamat politik asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito, kehadiran Joko Widodo secara langsung dalam upaya penanggulangan bencana kabut asap memang dibutuhkan untuk saat ini. Langkah mempercepat lawatan ke Amerika Serikat itu pun dianggap sebagai langkah yang realistis yang diambil Jokowi saat ini.
"Jokowi mungkin melihat situasi asap dan situasi dalam negeri yang memang perlu respon cepat, mau tidak mau ya harus memetingkan rakyatnya dibanding kepentingan kerjasama luar negeri. Itu langkah yang realistis dan tepat,'' ujar Arie seperti dihubungi Republika, Selasa (27/10).
Terlebih, Arie mengungkapkan, bencana asap yang saat ini terjadi di Sumatera dan Kalimantan sudah tergolong dalam tragedi kemanusian. Untuk itu, Jokowi memang harus bisa hadir secara langsung dan memobilisasi sumber daya nasional yang ada.
''Sekarang ini saatnya Jokowi untuk membuktikan dan memimpin secara langsung mobilisasi sumber daya nasional guna bisa membantu penanganan bencana asap, terutama korban. Karena dampaknya sangat parah, pendidikan terganggu, masalah kesehatan, dan roda ekonomi juga macet,'' ujar Arie.

Nenhum comentário:

Postar um comentário